Advertise Here

Sekapur Sirih dan Kamus dalam Bahasa Banjar


lestarikan budaya bahasa banjar
seperti yang dikutip dalam Wikipedia
Bahasa Banjar adalah sebuah rumpun bahasa yang sangat luas penyebarannya yang dipertuturkan oleh suku Banjar di Kalimantan Selatan, Indonesia, sebagai bahasa ibu atau bahasa induk yang dipergunakan dalam keseharian.

Bahasa Banjar termasuk dalam daftar bahasa dominan di Indonesia.Bahasa Banjar merupakan anak cabang bahasa yang berkembang dari Bahasa Melayu. Asal bahasa ini berada di provinsi Kalimantan Selatan yang terbagi atas Banjar Kandangan, Amuntai, Alabiu, Kalua, Alai, dan lain-lain. Bahasa Banjar dihipotesiskan sebagai bahasa Melayik.

Selain di Kalimantan Selatan, Bahasa Banjar yang semula sebagai bahasa suku juga menjadi lingua franca atau bisa disebut dengan bahasa pengantar atau bahasa pergaulan di daerah lainnya, yakni Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

Bahasa Banjar banyak dipengaruhi oleh bahasa Melayu, Jawa dan bahasa-bahasa Dayak.Kesamaan leksikal bahasa Banjar terhadap bahasa lainnya yaitu 73% dengan bahasa Indonesia [ind], 66% dengan bahasa Tamuan (Malayic Dayak), 45% dengan bahasa Bakumpai, 35% dengan bahasa Ngaju. Hasil penelitian Wurm dan Willson (1975), hubungan kekerabatan antara Bahasa Melayu dan Bahasa Banjar mencapai angka 85 persen. Adapun kekerabatan dengan bahasa Maanyan sekitar 32 % dan dengan bahasa Ngaju 39 %, berdasarkan penelitian Zaini HD1.Bahasa Banjar mempunyai hubungan dengan bahasa yang digunakan suku Kedayan (sebuah dialek dalam bahasa Brunei) yang terpisahkan selama 400 tahun dan bahasa Banjar sering pula disebut Bahasa Melayu Banjar. Dalam perkembangannya, bahasa Banjar ditengarai mengalami kontaminasi dari intervensi bahasa Indonesia dan bahasa asing. Bahasa Banjar berada dalam kategori cukup aman dari kepunahan karena masih digunakan sebagai bahasa sehari-hari oleh masyarakat Banjar maupun oleh pendatang. Walaupun terjadi penurunan penggunaan bahasa Banjar namun laju penurunan tersebut tidak sangat kentara.Saat ini, Bahasa Banjar sudah mulai diajarkan di sekolah-sekolah di Kalimantan Selatan sebagai muatan lokal. Bahasa Banjar juga memiliki sejumlah peribahasa.


Bahasa Banjar berwujud dalam 3 Komunitas besar, yaitu: Bahasa Banjar Kuala, Bahasa Banjar Pahuluan dan Bahasa Melayu yang terangkum dalam berbagai dialek: Tanjung, Kelua, Amuntai, Barabai, Kandangan, Banjarmasin, Barito Kuala. Sebagian besar perkataan dalam Bahasa Banjar adalah sama dengan Bahasa Melayu, begitu juga dengan awalan seperti di, ber, ter, men, meng, dan akhiran seperti kan, an dan sebagainya. Perbedaan yang nyata hanyalah dari segi sebutan. Bahasa Banjar menggunakan a untuk menggantikan e (pepet) seperti kalihatan (kelihatan), handak (hendak), dsb. Jika ujung ayat, bunyi a dan u menjadi a' dan u' iaitu dengan bunyi k yang lembut. Bahasa Banjar juga menggunakan awalan 'ber' , 'ter' , 'me, men, meng' yang ditukar menjadi 'ba', 'ta', 'ma' seperti 'bersedih' disebut 'basadih', 'memberi' disebut 'mambari', sementara akhiran 'kan' kadangkala disebut 'akan' contohnya 'mendengarkan' jadi 'mandangarakan'.

Kalau kita perhatikan pembicara-pembicara dalam bahasa Banjar, maka dengan mudah kita mengidentifikasi adanya variasi-variasi dalam pengucapan ataupun perbedaan-perbedaan kosakata satu kelompok dengan kelompok suku banjar lainnya, dan perbedaan itu disebut sebagai dialek dari Bahasa Banjar yang bisa dibedakan antara dua dialek besar yaitu: (1) dialek Bahasa Banjar Kuala (2) dialek Bahasa Banjar Hulu sungai. Dialek Banjar Kuala umumnya dipakai oleh penduduk "asli" sekitar kota banjarmasin, Martapura, dan Pelaihari, sedangkan dialek Bahasa Hulu sungai adalah Bahasa Banjar yang dipakai oleh penduduk di daerah Hulu sungai umumnya yaitu daerah-daerah kabupaten Tapin, Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Utara serta Tabalong. Pemakaian Bahasa Hulu sungai ini jauh lebih luas dan masih menunjukan beberapa variasi subdialek lagi yang oleh Den Hamer disebut dengan istilah dialek lokal yaitu seperti Amuntai, Alabio, Kalua, Kandangan, Tanjung, bahkan Den Hamer cenderung berpendapat bahwa bahasa yang dipakai oleh "orang bukit" yaitu penduduk pedalaman pegunungan Meratus merupakan salah satu subdialek nya bisa dipetakan secara cermat dan tepat.

Sekarang kita dapat melihat kasus di Kalimantan Selatan, apa yang disebut Melayu adalah orang-orang Banjar. Bahasa Banjar sendiri dibagi menjadi dua varian, yakni Banjar Hulu dan Banjar Kuala. 
Contoh Bahasa Banjar antara lain:


  • arai (Banjar Hulu), himung (Banjar Kuala); artinya gembira
  • hagan (Banjar Hulu), gasan (Banjar Kuala); artinya untuk
  • tiring (Banjar Hulu), lihat (Banjar Kuala); artinya melihat
  • bungas (Banjar Hulu), langkar (Banjar Kuala); artinya cantik
  • tingau (Banjar Hulu), lihat (Banjar Kuala); artinya toleh, lihat
  • balalah (Banjar Hulu), bakunjang (Banjar Kuala); artinya bepergian
  • lingir (Banjar Hulu), tuang (Banjar Kuala); artinya tuang
  • tuti (Banjar Hulu), tadi (Banjar Kuala); artinya tadi
  • ba-ugah (Banjar Hulu), ba-jauh (Banjar Kuala); artinya menjauh
  • macal (Banjar Hulu), nakal (Banjar Kuala); artinya nakal
  • balai (Banjar Hulu), langgar (Banjar Kuala); artinya surau
  • tutui (Banjar Hulu), catuk (Banjar Kuala); artinya memukul dengan palu
  • tukui (Banjar Hulu), periksa (Banjar Kuala); artinya memeriksa
  • padu (Banjar Hulu), dapur (Banjar Kuala); artinya ruang dapur
  • kau'u (Banjar Hulu), nyawa (Banjar Kuala); artinya kamu
  • diaku (Banjar Hulu), unda (Banjar Kuala); artinya aku
  • disia (Banjar Hulu), disini (Banjar Kuala); artinya disini
  • bat-ku (Banjar Hulu), ampun-ku (Banjar Kuala); artinya punya-ku
  • bibit (Banjar Hulu), ambil (Banjar Kuala); artinya ambil
  • ba-cakut (Banjar Hulu), ba-kalahi (Banjar Kuala); artinya berkelahi
  • diang (Banjar Hulu), galuh (Banjar Kuala); artinya panggilan anak perempuan
  • nini laki (Banjar Hulu), kayi (Banjar Kuala); artinya kakek
  • utuh (Banjar Hulu), nanang (Banjar Kuala); artinya panggilan anak lelaki
  • uma (Banjar Hulu), mama (Banjar Kuala); artinya ibu
  • hingkat (Banjar Hulu), kawa (Banjar Kuala); artinya dapat, bisa
  • puga (Banjar Hulu), hanyar (Banjar Kuala); artinya baru
  • salukut (Banjar Hulu), bakar (Banjar Kuala); artinya bakar
  • kasalukutan, kamandahan (Banjar Hulu), kagusangan (Banjar Kuala); artinya kebakaran
  • tajua (Banjar Hulu), ampih (Banjar Kuala); artinya berhenti
  • bapandir (Banjar Hulu), bepéndér (Banjar Kuala); artinya berbicaraacil laki (Banjar Hulu), amang, paman (Banjar Kuala); artinya paman
Bahasa Banjar juga mengenal tingkatan bahasa (Jawa: unggah-ungguh), tetapi hanya untuk kata ganti orang, yang tetap digunakan sampai sekarang. Zaman dahulu sebelum dihapuskannya Kesultanan Banjar pada tahun 1860, bahasa Banjar juga mengenal sejenis bahasa halus yang disebut basa dalam (bahasa istana), yang merupakan pengaruh dari bahasa Jawa, disamping ada pula kosa kata yang diciptakan sebagai bahasa halus misalnya jarajak basar artinya tiang, dalam bahasa Banjar normal disebut tihang. Basa dalam merupakan bahasa yang sudah punah, tetapi sesekali masih digunakan dalam kesenian daerah Banjar. Di dalam Hikayat Banjar, banyak digunakan kata ganti diri manira (saya) dan pakanira (anda) yang merupakan varian bahasa Bagongan yang digunakan di Kesultanan Banten.

dalam Bahasa Banjar: 

  • unda, sorang = aku ; nyawa = kamu → (agak kasar)
  • aku, diyaku = aku ; ikam, kawu = kamu → (netral, sepadan)
  • ulun = saya ; [sam]pian / [an]dika = Anda → (halus)

untuk kata ganti orang ke-3 (dia)

  •  inya, iya, didia = dia → (netral, sepadan)
  • sidin = beliau → (halus)
berikut ini adalah kosakata/kamus dalam Bahasa Banjar yang sering di pergunakan dalam kehidupan sehari-hari :



Semoga bermanfaat


 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Ethniq - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger