Rumah Bubungan Tinggi (foto dari banuahujungtanah) |
Rumah Bubungan Tinggi atau Rumah Baanjung adalah salah satu rumah tradisional suku Banjar (Rumah Banjar) di Kalimantan Selatan.
Rumah adat Banjar, biasa disebut juga dengan Rumah Bubungan Tinggi karena bentuk pada bagian atapnya yang begitu lancip dengan sudut 45 derajat, dan memiliki anjung pada kedua sisinya.
Rumah Bubungan Tinggi biasanya dipakai untuk bangunan keraton pada saat masa Kesultanan Banjar
keberadaan Rumah Bubungan Tinggi di Kalimantan Selatan tidak semata-mata sebagai identitas bangunan adat, tetapi juga sebgai refleksi dari pelapisan sosial ekonomi masyarakat dan kearifan masyarakat dalam menyikapi alam sekitarnya.
sebagai refleksi dari berbagai lapisan sosial dimasyarakat, keberadaan rumah bubungan tinggi dapat dilihat dari peribahasa berikut :
Bubungan Tinggi wadah raja-raja - (Bubungan Tingi tempat para raja)
Palimasan wadah emas lawan perak - (Palimasan tempat penyimpanan harta)
Balai Laki wadah penggawa mantri - (Balai Laki tempat para mentri/abdi kerjaan)
Balai Bini wada putri gusti-gusti - (Balai Bini tempat para anak perempuan raja)
Gajah Menyusu wadah nanang-nanangan, raja-raja atau gusti nanang - (Gajah Menyusu tempat anak lelaki raja atau keturunan penerus kerjaan)
Rumah tradisional Banjar menyimpan berbagai ragam filsafat hidup dan kehidupan orang Banjar, antara lain yang berkaitan dengan kepribadian, perilaku, historis, dan religius
pada perkembangan selanjutanya, masyarakat di sekitar kesultanan maupun di daerah-daerah lainnya di daerah banjarmasin semakin banyak mendirikan bangunan dengan mengadopsi dari gaya arsitektur bubungan tinggi tersebut, hal ini membuat rumah bubungan tinggi tidak hanya sebagai bangunan yang merupakan ciri khas kesultanan banjar, tetapi juga menjadi ciri khas dari rumah penduduk daerah banjar.
Tipe-tipe rumah adat Banjar:
1. Bubungan Tinggi
Merupakan rumah banjar yang menjadi istana Raja Banjar. Bentuk bubungan yang lancip ke atas, menyebabkan bangunan ini diberi nama Bangunan Tinggi. Ini juga menunjukkan kosmologi, bubungan tinggi menyimbolkan dunia atas dan bagian bawahnya menunjukkan dunia bawah, dimana raja yang memimpinnya.
2. Gajah Baliku
Bangunan yang didiami oleh saudara raja Banjar. Memiliki bubungan Tinggi, dan anjungan.
3. Gajah Manyusu
Kediaman bagi para keturunan gusti. Tidak memiliki bubungan yang tinggi, tetapi ada anjungannya.
4. Balai Laki
Tempat hunian para punggawa mantri dan prajurit pengawal raja Banjar. Memiliki atap pelana dengan ujung depan yang tajam serta anjungan yang agak kecil.
5. Balai Bini
Bangunan bagi para putri atau keluarga pihak wanita. Rumah ini memiliki atap dengan bagian depan tipe limas dan beranjung.
6. Palimasan
Merupakan kediaman para bendaharawan Kesultanan Banjar, karena dikenal sebagai tempat emas dan perak. Bentuk bubungan seperti limas menyebabkan bangunan ini namakan dengan Palimasan. Bangunan ini tidak memiliki anjungan.
7. Palimbangan
Bangunan yang dihuni oleh para pemuka agama dan ulama dan juga saudagar. Bangunannya sama besar dengan palimasan dan tidak memiliki anjungan.
8. Cacak Burung
Anjung Surung nama lainnya, meru[akan rumah bagi rakyat kerajaan Banjar pada umumnya. Cacak burung adalah istilah bahasa Banjar untuk menggambarkan tanda tambah.
9. Tadah Alas
Bangunan rakyat Banjar pada periode berikutnya. Rumah ini memiliki anjungan.
10. Joglo
Bangunan yang dihuni oleh orang Tionghoa di Banjarmasin. Bangunan yang besar, berfungsi sebagai gudang barang dagangan, karena pada umumnya mereka adalah pedagang.
11. Lanting
Rumah yang terapung di sungai Martapura, rumah tinggal orang Banjar di sepanjang batang Banyu.
Semua tipe rumah adat diatas memiliki persamaan yang menjadi ciri khas, yaitu:
1. Kontruksi bangunan terbuat dari kayu.
2. Rumah panggung
Bangunan yang didukung oleh sejumlah tiang dan tongkat yang tinggi dari kayu ulin. Tiang merupakan kayu ulin yang menumpu pada dasar tanah sampai tiangnya, sementara tongkat merupakan kayu yang tingginya sebatas lantai.
3. Bangunan bersifat simetris
Kontruksi dan elemen yang sama pada sayap kiri dan kanan, dengan jumlah jendela yang sama banyaknya pada sisi kiri dan kanan bangunan rumah.
4. Beberapa tipe memiliki Anjungan pada sisi dan kanannya.
Terletak ke belakang. Anjungan kanan dan Anjungan Kiwa dikenal dengan istilah pisang sasikat. Masing-masing anjungan memiliki sebuah jendela pada sisi dinding bagian depan.
5. Atap yang dipergunakan adalah sirap yang terbuat dari ulin.
Ada juga yang terbuat dari daun rumbia yang bahannya dari pohon sagu.
6. Hanya memiliki dua buah tangga
Tangga hadapan dan tangga belakang. Tangga dibuat dari kayu ulin, yang jumlah anak tangganya adalah ganjil seperti 4, 7, dan 9.
7. Memiliki dua pintu masuk dan keluar. Pintu (banjar, lawang) yang berjumlah 2 buah, dengan posisi kedua pintu itu seimbang di tengah (karena bangunannya simetris).
8. Adanya tawing halat (dinding pembatas)
Adanya dinding berguna untuk membatasi ruang kamar yang terletak secara seimbang. Dinding ini membatasi Panampik besar (Ambin Sayap) dan Palindangan (Ambin Dalam).
Demikianlah sobat Ethniqers gambaran umum tentang Rumah Adat Banjar, insyaallah pada postingan ethniq selanjutnya akan membahas lebih mendalam lagi berdasarkan tipe Rumah -Rumah Adat Banjar.
Referensi:
M. Syamsiar Seman dan Irhamna, Arsitektur Tradisional Banjar Kalimantan Selatan, 2000, Banjarmasin, Lembaga Pengkajian dan Pelestarian Budaya Banjar Kalimantan Selatan.